Minggu, 16 November 2008

Penanganan Kasus Makelar Proyek Lamban

Penanganan kasus dugaan makelar proyek dan pencurian dokumen tender di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Pasaman yang ditangani polisi dinilai lamban oleh LSM Patriot Bangsa, Pasaman. Kasus itu diduga melibatkan Kepala Dinas PU, Zulzaini ST, dan mantan Plt. Kabid Prasarana Jalan Dinas PU, Khairul Miswar BE., sepertinya terkatung-katung. Dalam kasus tersebut, Zulzaini dan Khairul Miswar ditengarai menerima uang ratusan juta rupiah dari sejumlah kontraktor dengan alasan untuk ‘manjuluak’ proyek pusat.

Menurut Ketua LSM Patriot Bangsa Damri Warman, kontraktor dimintai uang oleh kedua pejabat teras PU adalah Ketua BPC Gapensi Pasaman, Adika Roza sebagai koordinator sejumlah rekanan lainnya.

Dalam pengakuannya Adika Roza, sudah mengeluarkan uang sebanyak Rp638 juta yang diberikan secara bertahap, antara lain, ketika Zulzaini hendak berangkat ke Jakarta. Di Jakarta Zulzaini, dan Khairul Miswar berkomunikasi dengan Akmal Lubis yang mengaku dekat dengan oknum panitia anggaran APBN. Pertemuan mereka tejadi beberapa kali, baik di Pasaman maupun di Jakarta.

Polisi Resor Pasaman sudah menahan Akmal Lubis sejak beberapa waktu lalu. Sementara Zulzaini dan Khairul Miswar belum ditahan meski pun sudah dijadikan tersangka.

Status kedua pejabat PU ini memang sudah jadi tersangka, kita menunggu waktu untuk menahannya. Bukti dan saksi cukup kuat,” ujar Kapolres Pasaman melalui Kasat Reskrim Polres Pasaman AKP Nurdin, kepada Singgalang beberapa waktu lalu.

Kendati demikian, Nurdin membantah kalau Polres Pasaman dinilai lamban dalam menangani dua kasus tersebut. “Tidak benar penanganannya tidak serius, saksi-saksi dan bukti cukup, pada saatnya pasti akan kami tahan,” terangnya.

Zulzaini dan Khairul, ketika dihubungi Singgalang menyebutkan bahwa pihaknya sudah menjalankan segala sesuatunya sesuai peraturan. “Kalau pun hal ini diproses secara hukum, kita siap saja dan akan patuh pada hukum sebagai sebagai warga negara yang baik,” katanya.

Damri Warman juga menyorot penanganan kasus pencurian dokumen tender proyek perpipaan PDAM senilai hampir Rp1 miliar. Ketika itu, ada oknum kontraktor yang mencuri dokumen penawaran sebuah perusahaan peserta tender. Kejadian itu, berlangsung saat para pegawai di kantor pelayanan satu pintu belum masuk kantor.

Pagi itu beberapa petugas kebersihan melihat dua oknum kontraktor tersebut, yang membongkar kotak penawaran. Alasannya agar penawarannya nanti tidak begitu banyak lawan.

Kasus ini pun sampai kini pun terang Damri Warman, tidak jelas ujung pangkalnya di Polres Pasaman. “Peristiwa ini sangat memalukan, apalagi terjadi di jantung Pemerintahan Kabupaten Pasaman. Tersangkanya sudah jelas, saksi dan bukti sudah jelas, tapi kenapa sampai kini tidak tentu juntrungannya,” tukas Damri Warman yang mantan Sekretaris BPC Gapensi Pasaman itu.

Kamis, 09 Oktober 2008

Pasaman Riwayatmu Doeloe

Di akhir abad ke 19 seorang pejabat bangsa Belanda pernah menuliskan laporan perjalanannya ke salah satu daerah Pasaman yakni Mapat Tunggul. Dengan gaya bahasanya yang khas ala Belanda dia memulai tulisan laporan tersebut dengan menyuguhkan keadaan alamnya, Pada awalnya daerah tersebut terdiri dari bebukitan yang terbesar tidak ditumbuhi oleh apapun selain ilalang, perbukitan lainnya ditumbuhi hutan.

Orang dapat menjumpai pohon-pohon yang berat yang tumbuh pada dasar kemerah-merahan, akar-akarnya yang lembab menjalar menghunjam dalam ke jantung bumi, dan memanjat batu-batu kapur serta melekat ke bebatuan yang entah dari jenis apa ; belantara yang tidak dapat ditembus, siapa yang hidup disana, jadi tidak ada tangan manusia yang merintangi pekerjaan alam selama berabad-abad. Lereng-lereng bukit yang bersemak-belukar, yang menunjukkan bahwa orang –orang disana masih belum jauh-jauh mencari makanan mereka, begitulah laporan yang ditulis oleh J.B.Neeumann, setelah ia menjelajahi daerah tersebut.

Mungkin sebagian kita tidak pernah mengira bahwa Pasaman khususnya Rao pernah jadi tambang emas terbesar di daerah Sumatra Westkus pada zaman Belanda. Dobbin menceritakan dalam karyanya Kebangkitan Islam dalam Ekonomi Petani Yang Sedang Berubah, Sumatera Tengah 1784-1847. Keuntungan yang menumpuk pada tua tambang dilukiskan pada tahun 1838 dalam hubungan dengan penggalian kecil dalam tanah luapan banjir di dekat Rao di sebelah utara rantau Minangkabau. Ditempat ini keadaan para pekerjanya jauh lebih baik dari pada pekerja tambang.

Orang-orang yang mencari emas atau pekerja tambang juga dianggap memiliki kekuatan istimewa. Roh-roh yang mendiami tambang emas harus diperlakukan dengan hati hati sekali, dan para pencari emas membentuk suatu perserikatan dan hanya anggota perserikatan yang mengetahui tanda-tanda rahasia emas dan bisa mengucapkan jampi-jampi yang diperlukan untuk berhasilnya upaya penambangan.

Bendera Inggris dinaikkan di Natal pada tahun 1751 oleh para pegawai East India Campany yang berkedudukan di Bengkulen. Dalam usaha untuk mengalahkan pemukiman Belanda di Padang, perdagangan dinyatakan bebas sama sekali dan perdagangan di Natal mendapat dukungan resmi dari Madras. Pada kahir tahun 1750-an perdagangan berkembang seperti belum pernah terjadi sebelumnya ; orang-orang Inggris bersedia membayar lebih tinggi untuk emas Rao daripada Belanda di Padang.

Mereka juga menjual tekstilnya dengan harga lebih murah, mereka tidak cerewet mengenai mutu kamper dan kemenyan yang mereka beli, dan mereka menyediakan garam, mata dagangan yang sangat penting dilembah-lembah dipedalaman tanah Batak dengan harga yang lebih murah daripada harga Batak.

Ujung tombak serangan Minangkabau atas orang-orang Batak adalah Lembah Rao, yang mengikuti Alahan Panjang menerima asas-asas Paderi. Rao memiliki tradisi hubungan yang lama dengan dunia Minangkabau lainnya, dan hasil alamnya membuat sejarah lembah itu berkembang mengikuti alur yang serupa dengan perkembangan daerah-daerah lain di Minangkabau.

Dengan mengabaikan lembah-lembah tertentu lebih selatan, Rao merupakan daerah pertambangan emas yang paling penting di Minangkabau sesudah Alahan Panjang. Perdagangan emas Rao sudah dikenal oleh pedangan-pedagang India sejak awala abad kedua sesudah Masehi. Dan kira-kira tahun 800 sesudah masehi orang-orang India mendirikan pemukiman, baik dilembah maupun di bagian atas sungai Kampar yang kemudian berkembang menjadi pangkalan hulu sungai yang khas untuk perdagangan emas dari Rao.

Pada abad ke 18 amas Rao belum habis dan tetap melancarkan jalannya pergadangan di Selat Malaka, karena perdagangan melalui Patapahan di Siak. Para pengamat Inggris di selat memperkirakan bahwa yang dieksport berjumlah besar, pada tahun 1826 Singapore Choronicle menetapkan nilai emas Rao antara 13.000 dan 14.000 dollar Spanyol per tahun, tetapi ini pasti berlebihan. Pedagang emas Rao juga berdagang dipantai barat, dengan membawa emasnya ke Natal, Air Bangis, Pasaman, bahkan sampai jauh ke selatan ke Padang.

Tidak mengherankan, setelah Imam Bonjol menetapkan kekuasaannya di Lembah Alahan Panjang, dia memalingkan matanya ke utara kea rah tetangganya yang kaya. Lembah yang panjang dan sempit disebelah lembah menampakkan kemakmuran yang cukup besar. Pada tahun 1830-an Lembah Rao diperkirakan berpenduduk sekitar 25.000 orang, terbagi dalam dua puluh desa besar dengan dukuhdukuh satelitnya, semua terawat apik dan dikelilingi oleh sawah-sawah luas. Kopi juga ditanam disitu .

Sistem politiknya serupa dengan daerah pingiran Minangkabau lainnya, tiap desa dihuni oleh sejumlah suku masing-masing dengan penghulunya, tetapi berlawanan dengan di pedalaman Minangkabau sebuah desa induk dengan anak huniannya juga membentuk semacam federasi dibawah seorang Raja. Dibagian utara lembah, tempat-tempat tambang emas utama di dekat-dekat Rao dan Padang Mantinggi adalah yang paling padat penduduknya, dan disini desa-desa mengakui salah satu rajanya sebagai Yang Dipertuan .

Ini rupanya ,emgikuti sistem Pagaruyung, dan Yang Dipertan Rao rupanya juga memiliki asal-usul yang serupa dan menjalankan tugas-tugas yang sama dengan Raja Alam di Pagaruyung dalam kaitannya dengan perdagangan emas.

Para pemimpin masyarakat Paderi di Alahan Panjang menyadari bahwa dengan pemilikan tambang emas Rao pasti akan memberikan dimensi ekstra pada jaringan dagang yang sedang hendak mereka ciptakan. Sedangkan tenaga kerja dari lembah itu akan merupakan tambahan yang sangat diharapkan. Imam Bonjol memulai serbuannya ke Rao dengan mengawasi pembuatan jalan yang baik ke Lubuk Sikaping, desa utama diujung selatan lembah, dan kemudian menaklukkan dan mengalihimankan desa ini dan desa-desa lain didekatnya.

Pada saat inilah muncul tokoh Tuanku Rao yang kabur. Tokoh Tuanku Rao adalah tokoh yang cukup dikenal dalam sejarah Batak, tetapi kebanyakan yang ditulis tentang dirinya didasarkan atas tradisi lisan Batak awal abad keduapuluh dan tidak bisa dikonformasikan dalam sumber-sumber Belanda yang kita miliki.

Tidak adanya informasi mengenai Tuanku Rao sebagian bisa dijelaskan dengan kenyataan bahwa dia meninggal pada tahun 1833, tak lama sesudah Belanda memasuki Rao, dan dengan demikian dia tidak mempunyai Jabatan lain yang bisa mengundang penyelidikan Belanda mengenai kegiatan-kegiatan awalnya. Dapat diterima bahwa Tuanku Rao adalah seorang Batak yang dulunya dikenal sebagai Pongki na Ngolngolan, tetapi tradisi lisan Batak yang menyatakan dia adalah keponakan raja Imam Batak, Singamangaraja X, yang menguasai daerah Bangkara-Toba tidak bisa dipastikan.

Barangkali garis keturunan ini diciptakan untuk menjelaskan beberapa keungulan Tuangku Rao dalam kemiliteran, dia memang memimpin pengikut-pengikutnya melakukan serangkaian perjalanan paksaan yang luar biasa ke utara, langsung memasuki wilayah-wilayah orang –orang Batak Toba, dan disini ia bertemu dan membunuh Singamangaraja X. Dengan menganggap dia sebagai kemenakan raja yang kehilangan haknya, tradisi Batak dapat memberikan motivasi yang masuk akal untuk serangkan meliter ini yaitu balas dendam.

Apapun asal muasalnya, Pongki na Ngolngolan adalah seorang petualang Batak yang pada tahap tertentu dalam kariernya tiba di Lembah Rao. Dia menemukan seorang pelindung di sebuah desa di utara, membantu orang ini dalam kegiatan sehari-harinya dan akhirnya pada kira-kira tahun 1808 menjadi Islam. Kemudian ia berhubungana dengan ajaran Paderi di daerah lebih ke selatan, dan rupanya merasa bahwa dengan memperoleh pengakuannya sebagai eksponen ajaran ini, posisinya sebagai orang luar atau orang datang dalam masyarakat Rao akan jauh lebih baik.

Gerombolan Padri dari Rao menyeberangi bukit-bukit yang menghadang dan mulai menyerbu ke Lembanh Mandailing Atas yang berpenduduk sedikit, disekitar hulu Sungai Gadis. Walaupun pasti ada motivasi agama dalam jihad ini, pertimbangan ekonomi juga memegang peranan penting. Tambang-tambang ini terletak Keadaan yang seperti itu saat sekarang ini jarang kita temui, walaupun ada namun dalam skala yang sangat terbatas.

Sekarang daerah tersebut telah ditumbuhi oleh berbagai macam tanaman, mulai dari tanaman karet, sawah, kopi, sawit dan oleh beberapa kolom ikan dan sebagainya. Begitu juga dengan masyarakatnya, terlihat heterogen. Keheterogenan masyarakatnya kadang kala terjadi benturan-benturan yang akhirnya menimbulkan konflik. Realitas yang demikian tidak dapat kita pungkiri lagi dalam kehidupan bermasyarakat. Namun kita berharap kedepan dengan keheterogenan masyarakat Pasaman dapat menciptakan Pasaman yang damai dan sejahtera masyarakatnya.

ayo kita bangun sektor rill di pasaman

pasaman yang sangat minim sektor riil akan terus mengalami keterpurukan di bidang ekonimi.